Saat Traveling Memberi Kesan Tak Terlupakan
Traveling
tak hanya mengantarkan saya pada tempat-tempat menarik saat berlibur, tapi juga
menemukan hal-hal baru yang selama ini belum pernah saya rasakan sebelumnya.
Jika dulu liburan hanya sekadar jalan-jalan menghabiskan waktu bersama keluarga
karena ikut ortu saat libur sekolah, sekarang liburan pun bisa dijadikan bahan
tulisan. Siapa tahu berguna bagi teman yang membaca tulisannya, begitu pikir
saya saat itu.
Senang rasanya mendapatkan teman baru dari aktivitas traveling seperti yang saya lakukan dalam 2 tahun terakhir ini. Kadang ada obrolan yang nyambung saat saya bertemu seseorang di kereta, saat perjalanan berangkat maupun pulang. Tapi kadang sesekali saya masih lebih suka menghabiskan waktu di kereta dengan membaca buku. Buku apa saja yang penting bisa dibawa di tas, seperti novel romance atau komik yang lebih tipis jika dibawa dalam perjalanan jarak jauh.
para penumpang yang bercengkrama di ruang tunggu stasiun poncol |
petunjuk ruangan di stasiun poncol |
Tas
yang saya bawa pun tergantung muatan. Kalau hanya sehari saya bawa satu tas
ransel kecil berisi snack, dompet, power bank, komik atau buku, dan mukena. Kalau
lama saya bakalan bawa carier atau koper yang lebih besar dari ransel. Yang
membuat suasana liburan menyenangkan adalah kesan yang dialami saat di tempat
yang dituju bahkan saat transit sekalipun rasanya menyenangkan menghirup aroma
petualangan yang bisa dirasakan saat ini. Di bulan April lalu saat ke Malang
saya masih melihat boarding pas hanya digunakan oleh penumpang yang berasal
dari kota besar seperti Bandung. Contohnya adek saya yang pakai boarding pas
karena berangkat dari stasiun Kiara Condong. Sedangkan saya yang berangkat dari
Tegal tidak perlu menggunakan boarding pas.
Nah,
saat September yang lalu saya ke Semarang, saya menemukan hal yang baru. Tiket
fisik masih saya pegang karena saya membeli tiket di counter stasiun beberapa
hari sebelum berangkat. Saat akan berangkat pukul 5 pagi, saya menemukan aturan
baru bahwa penumpang harus mencetak lembaran boarding pas. Saya membatin, “Oh,
berarti aturannya baru lagi ya.” Tak cukup sampai di situ, Oktober awal, tangga
8 kemarin saya ke Pekalongan untuk liputan Pekan Batik. Sebelum berangkat saya
akan mencetak tiket fisik. Si bapak satpamnya bilang kalau nggak perlu mencetak
tiket lagi, hanya perlu boarding pas saja. Yeah, akhirnya aturan baru muncul lagi.
Begitulah,
ada banyak hal baru dalam hidup yang sungguh benar-benar baru saya rasakan saat
bepergian. Aturan perkeretaapian hanya salah satu contohnya. Contoh lainnya
adalah saat perut saya keroncongan karena belum sarapan, saya keluar dari pintu
keluar di stasiun Poncol menuju kerumunan orang-orang yang sedang mengantri
tiket. Di sana saya mencari tempat makan yang biasanya buka di stasiun. Saya
pun melihat ada Alfamart, gerai yang menjual beraneka ragam makanan dan minuman
dengan harga terjangkau.
Saya
pikir lebih baik memilih makanan di Alfamart daripada beli fastfood yang
antriannya lama itu. Belum lagi tempat makan yang terbatas membuat saya jadi
lebih memilih Alfamart. Saat menjangkau makanan di rak-rak snack, saya pun memilih
roti sandwich dua buat untuk pagi dan siang jika belum menemukan tempat makan
yang cocok di lidah. Satu botol air mineral saya ambil di lemari pendingin. Dan
saat antrian untuk membayar pun tiba.
Satu hal yang saya acungi jempol adalah adanya fasilitas untuk memberikan komentar terhadap pelayanan kasir Alfamart. Jadi kalau dilayaninya buruk ya tinggal klik buruk di layar monitor di depan kasir. Saat itu saya melihat seorang ibu mengatakan hal ini, “Mbak, nasi bakarnya dijual ya? Berapa, mba?” Sang kasir pun menjawab, “6 rb an.” Harga yang cukup murah yang bikin nasi bakar itu langsung laris dibeli pembeli di depan saya. Saya pun hanya membayar dua buah roti sandwich dan satu botol air mineral.
Satu hal yang saya acungi jempol adalah adanya fasilitas untuk memberikan komentar terhadap pelayanan kasir Alfamart. Jadi kalau dilayaninya buruk ya tinggal klik buruk di layar monitor di depan kasir. Saat itu saya melihat seorang ibu mengatakan hal ini, “Mbak, nasi bakarnya dijual ya? Berapa, mba?” Sang kasir pun menjawab, “6 rb an.” Harga yang cukup murah yang bikin nasi bakar itu langsung laris dibeli pembeli di depan saya. Saya pun hanya membayar dua buah roti sandwich dan satu botol air mineral.
Buat
traveler dadakan seperti saya, menemukan makanan dengan harga terjangkau dan
mudah didapat adalah sebuah anugerah tersendiri. Asyiknya lagi bisa menemukan alamat alfamart di
mana-mana karena nggak susah buat nemu gerai si lebah bercat merah ini di
kota-kota yang dilewati kereta api. Di
mana ada stasiun, di situ juga ada alamat alfamart yang mudah
dijangkau. Karena masuk ke dalam salah satu kios yang berderet di convenience store.
Overall, saya suka kinerja Alfamart, karena memudahkan bagi siapapun termasuk traveler menemukan
kebutuhannya dengan harga terjangkau.
wah ...asyik juga menjadi traveller ya mbak ....
BalasHapus