Menghindari Si "Dementor"
Menghindari
Si "Dementor"
Malam
ini saya menghabiskan hari dengan menonton drama korea Cheese in The Trap.
Awalnya saya tidak begitu berminat dengan drakor ini, malah pengen nonton
Scarlet Heart Ryeo lagi karena dulu nontonnya random nggak runut episodenya.
Tapi kali ini saya penasaran dengan drama yang sudah tayang dari tengah tahun.
Saya tanya ceritanya seperti apa sama adek, ternyata setelah diceritakan sekilas apa
sinopsisnya, saya pun putuskan untuk menonton drakor ini.
Kisah
Cheese in The Trap berawal dari seorang perempuan yang merasa sial
karena serasa dijaili oleh seniornya (sunbae) yang secara tidak langsung suka
mengerjai ia dengan memanfaatkan orang lain. Jadi kalau ia nggak suka orang, ia tetap bersikap baik-baik aja tapi di dalam hati ia ingin balas dendam, tapi
lewat tangan orang lain. Waktu nonton drakor ini, saya sebel banget sama si
sunbae, rasanya kok munafik banget ya ni orang. Bisa bersikap dua wajah dan
tanpa kelihatan kalau ia itu orang yang bermasalah.
Di
dunia nyata dan maya, saya pernah melihat hal yang demikian. Sampai akhirnya
saya cenderung menghindari orang itu karena ngerasa nggak sreg. Khawatir kalau
nggak cocok sifatnya sama saya. Well ya, saya bukan tipe orang tukang
labrak. Kecuali kalau digencet sih. Makanya lebih suka menghindari kalau emang
nggak suka. Tapi ada teman yang bilang sama saya, mending sih menghindari
secara halus aja, jangan frontal kalau nggak suka. Saya nggak bisa gitu. Kalau
nggak suka ya mending menghindar sekaligus daripada rasa nggak sukanya sampai berubah jadi bom waktu.
Jujur,
kaget juga tempo hari dapat cerita dari seorang teman bahwa ia melahirkan tanpa
orang sekitarnya tahu kapan ia mulai hamil. Orang baru tahu ia hamil itu waktu
dua tiga bulan sebelum melahirkan. Itu pun karena perutnya sudah nggak bisa diumpetin.
Alasannya apa? Karena dia takut kalau orang banyak yang nyinyir karena dia
hamil anak ketujuh. Bayangin coba, karena komentar orang yang khawatirnya
mengganggu psikologis sang ibu akhirnya dia lebih memilih menghidden statusnya
tentang kehamilan dari orang-orang. Saya speechless waktu denger ceritanya.
Tapi saya juga paham bagaimana pun seorang ibu butuh pikiran yang tetap waras
selama kehamilan tanpa nyinyiran ini itu.
Saya,
teman saya, atau siapa pun pasti pernah punya orang yang nggak disuka tapi
nggak mau frontal juga menghindarinya. Hanya dengan menghidden status itu salah
satu cara untuk menghindar di dunia maya, kalau mau frontal ya blokir. Termasuk
kalau di dunia nyata ya mungkin kayak di drakor Cheese in The Trap itu. Dengan menghindari
orang yang nggak disukai itu. Mau diajakin makan kek, keluar kek, kemana aja, yang
jelas nggak akan nyaman rasanya ada di depan orang yang nggak disukai.
Bagaimana
pun ini soal rasa. Rasa nyaman bagi diri sendiri harus tetap diutamakan, kan? Seperti
teman saya yang nggak nyaman dan sampai trauma karena merasa dimata-matai oleh
orang lain sampai paham apa saja aktivitas onlinenya. Dia menganggap jaringan
internetnya diretas oleh seseorang sampai tahu apa saja yang biasa dia lakukan,
kemana saja ia berselancar di dunia maya, apa yang ia bahas di inbox atau
email. Mengerikan, kan?
Kalau
orang udah nggak suka ya gimana ya? Sampai merasa tiap kali lihat orang
tersebut rasanya nggak nyaman, aura kebahagiaan menguap. Saya serasa melihat
dementor. Kalau kecenderungan untuk cocok nggak ada, apa yang harus dilakukan? Rasanya diam lebih baik. Kecuali
kalau mau untuk memaklumi ataupun menunggu sampai paham kenapa sifat seseorang bisa segitu
bedanya.
Ya,
bagaimana pun saya yakin bahwa ada saatnya kita harus memilih untuk nggak
sepaham dengan orang lain. Menghindarinya adalah hal yang terbaik. Meski terkesan
menyebalkan karena menghindari silaturahim dengan orang lain. Ya, kalau
silaturahimnya baik-baik aja sih nggak papa. Kalau malah bikin makan ati, piye
yo? Kalau kamu, apa pernah mengalami hal yang sama?
ngeri amat temennya di mata2in org sampe semua aktifitas onlinenya di pantau gitu...
BalasHapus