Memesan Nasihat
Memesan
Nasihat
Kejadiannya
sudah lama sekali, beberapa tahun yang lalu saat saya masih berjibaku dengan
skripsi. Kejadian lama yang bikin saya kecewa berat dengan komentar seorang
teman tentang situasi yang saya alami. Saya jadi menyesal memesan nasihat
padanya, karena menganggap dia istimewa dan patut untuk dimintai pendapat.
Nyatanya saya terhenyak ketika mendengar pendapatnya.
Hari
itu saya mendapat info tentang seleksi FIM, saya sudah pernah ikut talkshow
bunda Tatty Elmir di Undip dan berpikir kalau saya tertarik untuk mendaftar
FIM. Saat saya bertanya sambil memberi informasi pada teman saya apa dia
tertarik ikut seleksi juga, karena saya berminat ikut serta. Dia bilang, “Ila,
rasanya seleksi kepemudaan itu sudah bukan ranah kita lagi, lebih baik tidak
usah ikut. Beri kesempatan pada generasi di bawah kita untuk ikut seleksinya.”
Saya
lupa bahwa dia sudah khatam A sampai Z tentang kepemimpinan dan organisasi. Dan
fokus dia saat itu bukan lagi organisasi, tapi dunia kerja dan menikah. Dunia
yang sangat jauh berbeda dari yang saya rasakan saat itu. Akhirnya saya iyakan
dan saya tidak jadi mendaftar. Bahkan mendaftar saja saya tidak jadi ikut.
Sedih banget kan? 😢 Akan lebih melegakan jika saya tidak diterima tapi saya
sudah mendaftar daripada saya tidak mencoba karena mendengar nasihat yang
salah.
Pertanyaan
ini kerap masuk ke dalam ingatan saya saat sedang melamun. Apa jika nasihat
yang diberikan seseorang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan saya akan
tetap mengambil nasihatnya? Apa saya akan menyesal kemudian hari karena nasihat
itu? Tidak semua orang mengerti kondisi saya. Hanya saya yang tahu apa yang
sebenarnya saya butuhkan, apa yang saya ingin wujudkan.
Isi dream
book saya jelas berbeda dengan teman saya. Tapi dia salah memberikan nasihat
dan saya menerimanya mentah-mentah. Menelannya tanpa menyaring nasihat mana
yang saya harus terima dan ambil. Nasihat mana yang harus saya yakini untuk
kebaikan saya. Jujur, saya kecewa sekali saat tahu bertahun-tahun kemudian, dia
justru mendukung orang lain yang situasinya mirip saya. What are you doing,
dear? Hahaha. Rasanya sebal dan entahlah, mau ngomel sama orangnya kok ya saya
udah eneq duluan.
Beberapa
hari yang lalu ada teman juga yang nanya sama saya tentang job blogger. Saya
nggak tahu apa maunya sampai dia akhirnya menyebut dengan jelas bahwa dia hanya
butuh channel untuk masuk jobnya. Saya pikir dia beneran ngeblank tidak punya
pekerjaan atau apa sampai minta job segala. Saya memberi saran yang mbulet
sampai akhirnya dia bilang hanya butuh info tentang job tersebut. Saya tertegun
lama. Situasinya mirip saya dulu yang meminta nasihat. Alhamdulillah, teman
saya sudah punya gambaran apa yang benar-benar dia inginkan. Jadi, saat saya
memberi saran, dia bisa menyaring sesuai kebutuhan.
Pernah
juga suatu hari saya mengalami hal yang sama, ada teman nanya berapa rate yang
harus dia terima untuk sebuah job A. Saya berikan saran sesuai yang saya tahu
bahwa job A ratenya di kisaran sekian sekian. Jadi saya tidak tahu apa dia akan
sama dengan harga yang saya dapat atau tidak. Tapi yang bikin saya kaget adalah
saat dia bilang bahwa harga yang dia berikan akhirnya ketinggian dan si calon
pemberi job kabur duluan. Wew, saya bengong dengernya. 😟
Saya
berpikir, alangkah baiknya saat seseorang memesan saran pada saya lebih baik
saya meyakinkan dia juga bahwa nanti semua keputusan yang ia ambil adalah
keputusannya sendiri. Saran saya hanyalah wacana saja. Pengambil keputusan
tetap dia. Tujuannya agar nggak ada lagi situasi seperti yang saya alami
beberapa tahun lalu saat saya kecewa berat dengan komentar teman hanya karena
dia tidak paham situasi saya. 😔
Well
ya, butuh kejernihan hati untuk menelaah nasihat-nasihat yang masuk, jangan
sampai hanya karena memesan nasihat pada orang yang salah kamu justru salah
pilih jalan. Saya harap kejadian seperti salah memesan nasihat itu tidak
terjadi lagi. Yang sering saya lihat di dunia nyata adalah saat orang-orang
memberi nasihat sesuai selera mereka, bukannya menyesuaikan dengan kebutuhan
orang yang diberi nasihat. Dan di luar sana masih banyak orang yang sok tahu
dan sok ngerti dengan memberi nasihat bejibun tanpa diminta. Ya, serasa aneh
saja sih. 😝
Dari dulu aq merasa ketika orang memesan nasihat, sebenarnya dia sudah tau apa yg harus dia lakukan, jadi dia bertanya untuk meyakinkan diri saja. Jadi, aq juga gak baper bgt klo ternyata nasihatku gk kepake atau justru dipke tapi tdk sesuai bayangan. Toh, semua keputusan kembali ke orang yang bersangkutan.
BalasHapusnasihat yang paling bisa aku pertimbangkan sih dari orang tua/saudara :)
BalasHapus